Minggu, 12 Oktober 2014

Keluarga KKN Kebangsaan 2014 Desa Nekan

Tepat sebulan aku meninggalkan lokasi KKN Kebangsaan 2014. Dusun Punti Meraga & Punti Tapau, ya itulah nama dusun yang jaraknya 7KM dari pusat kota, kota entikong. Masih teringat jelas saat-saat dimana kami meninggalkan dusun tercinta tersebut dengan iringan dari anak-anak SDN 04 Punti Tapau. Bang gultom (si asisten dosen lapangan kami) entah mengapa harus menjemput kami sepagi itu. Jam masih menunjukkan pukul 09.00 tapi mau tidak mau kami harus masuk mobil karena raut wajah bang gultom sudah tidak enak karena kami membuatnya menunggu dalam waktu yang cukup lama, karena kami masih belum rela untuk pergi dari dusun itu.
Sedih rasanya, air mata ini pun jatuh kembali. Tuhan aku sayang mereka, bisakah suatu saat aku kembali lagi kesana? 32 hari rasanya tak cukup untuk berada disana. Seperti mimpi rasanya saat ini sudah berada di indralaya tempat tinggalku (kost) selama 3 tahun belakangan yang saat ini sedang dilanda kabut asap.


Flashback.......
Sebenarnya aku mengikuti KKN Kebangsaan 2014 ini karena aku tidak bisa mengikuti KKN reguler di Sumatera Selatan tepatnya di Kabupaten Pali dan di Lahat karena masalah akademik. Sehingga aku mendaftar KKN Kebangsaan 2014. Dari awal aku sangat bersemangat karena lokasi KKN yaitu di Kalimantan Barat (secara belum pernah ke kalimantan gitu, itung2 nginjakin kaki di tanah borneo dan yang paling oke adalah tiket pesawat bolak balik ditanggung kampus, hehe). Jadilah kami (delegasi unsri) tanggal 6 Agustus 2014 berangkat dari Palembang menuju Pontianak, dan karena banyaknya delay kami sampai di Bandara Supodio Pontianak pukul 18.15. Malam itu hujan turun lebat dan bersyukur kami sudah dijemput oleh panitia. Setelah itu kami diantar menuju paskas TNI-AD. Yang paling WOW adalah melihat tempat tidur yang memakai tandu setelan tentara (OH! MY GOODNESS). Selama 3 hari kami diberikan pengarahan mengenai lokasi KKN dan adat istiadat setempat. Dan pada tanggal 11 Agustus 2014 pukul 02.00 kami berangkat dari paskas menuju kecamatan entikong, sampailah di kecamatan entikong kurang lebih pukul 10 pagi. Setelah itu kami disambut upacara oleh pegawai di kecamatan dan diberi makan siang. 

Pukul 12.30 kami melanjutkan perjalan ke lokasi sebenarnya yaitu Desa Nekan. Aku pikir kami ditempatkan di desa, ternyata kami dilempar ke sebuah dusun yang sangat jauh dari kota. Kami disambut baik oleh alam, dengan percikan gerimis dan pemandangan yang indah meski jalanan sangat terjal dan bebatuan tidak terasa 20 menit sudah kami melintasinya. Selamat datang di Dusun Punti Tapau dan Dusun Punti Meraga!!!
Kami lalu menuju rumah pak kepala desa, bapak sutarno. Karena kami berjumlah 15 orang maka harus dibagi menjadi 2, yang perempuan tidur di tempat pak kades, dan laki-laki tidur di tempat pak kepala dusun (kadus). Dari sini kami mengalami pengalaman yang sangat luar biasa. Listrik hanya hidup dari jam 5 sore sampai jam 5 subuh, sinyal hanya ada jika naik ke tangga Gereja Katolik Santo Yosef Punti Meraga, dan tidak ada pasar jadi kami membeli persediaan makanan sekali untuk seminggu, dan harus mencuci di sungai (kalau ada air di rumah ya mandi di rumah, kebetulan kami senang mencuci sambil mandi di sungai yang alhasil gatel-gatel deh, hehe) salut deh sama orang dusun yang terbiasa hidup sederhana seperti itu.

Hari berikutnya kami menuju ke satu-satunya sekolah disana, yakni SDN 04 Punti Tapau untuk berkenalan. Karena sudah mendekati hari kemerdekaan, maka kami sepakat untuk mengutamakan mengajar anak-anak upacara 17-an. Upacara 17-an ini merupakan upacara kemerdekaan pertama di sekolah ini. Anak-anak pun sangat antusias terlebih kami mengadakan lomba-lomba yang juga baru pertama kali mereka rasakan. Bahagia rasanya bisa melihat mereka tertawa lepas dengan kami. Semenjak itu kami pun merasakan kedekatan dengan anak-anak terlebih kami sering menggantikan guru mengajar di kelas dan juga bimbel diluar jam pelajaran sekolah setiap hari senin, rabu, dan kamis jam 3 sore.
Bukan hanya di sekolah program kami juga banyak yang terlaksana, seperti pembuatan administrasi desa (akta lahir dan kartu keluarga), penyuluhan pertanian (akhirnya terbentuk kelompok tani, semoga terus eksis ya pak), kerja bakti untuk persiapan penyuluhan posyandu di poskedes nekan, les komputer, demo masak (nugget dan pancake), filtrasi air bersih, pembuatan bak sampah, penomoran rumah dan pembuatan papan nama dusun.

Yang paling sulit untuk dilupakan adalah adik-adik semuanya. awalnya aku sangat tidak menyukai anak-anak, tapi setelah KKN ini aku merasakan kesepian dan hampa tanpa canda tawa mereka. Adik paling ku sayang yaitu Didis, Odah (anak pak kadus), Joji, Abed, Umar, Ovan, Waldi, dan yang lainnya. Dua hari sebelum kami pulang, aku menyempatkan bermain bola bersama mereka di lapangan bola, dan timku selalu kalah (maafkan kakak adiksss, huhu). Bersama mereka juga aku diajari bermain sepak takraw, dan lagi-lagi kalah, ckck (payah kakaknya nih). Satu hal yang sangat membanggakan dari adik-adik kami adalah mereka bisa dan dengan baik membuat kerajinan seni dari tanah liat (WEW!). Teman-teman dari lokasi KKN lain banyak yang membawa kardus oleh-oleh dari adik mereka, tapi kami berbeda (berbeda tidak selalu buruk okey). Adik-adik kami tidak mempunyai uang banyak untuk membelikan kami benda-benda, mereka hanya memberikan kami kertas bertuliskan puisi, gambar, dan juga patung dari tanah liat. Walaupun hanya itu saja yang mereka berikan sudah membuat kami bangga dan merasa kami dihargai sebagai kakak.

Sebulan sudah kami dusun (11-09-2014), dan akhirnya hari perpisahan itu pun tiba. Dari pagi kami sudah sibuk memasak, dan kami sungguh sangat terkejut bahwa anak-anak berdatangan sepulang sekolah hanya untuk membantu kami memasak. Walaupun dari mereka banyak anak laki-laki, tapi mereka tidak malu untuk membantu memarut kelapa, membantu mencuci piring, mengupas kacang, mencuci beras, dan membantu kami mendekorasi balai desa untuk malam acara perpisahan. Malam itupun tiba anak-anak duduk di paling depan dan saya berada di tengah-tengah mereka. Rasanya aku ingin menangis, tetapi aku menahannya karena malam ini untuk bersenang-senang terakhir kali dengan mereka. Aku pun menyumbang satu tarian korea untuk menghibur mereka, malu rasanya karena disana banyak pemuda, ckck, tapi tak apalah asal adik-adik senang. Yang paling seru adalah disaat kami semua berjoget kesana kemari, kami dan anak-anak terlihat sangat senang sembari ketawa-tawa, tetapi jam sudah menunjukkan pukul jam 9 malam lewat, dan warga bersama adik-adik pun pun pulang karena takut ada penyamun. Penyamun adalah manusia yang menculik anak-anak untuk diambil organ tubuhnya, karena anak-anak organnya masih segar, dan katanya penyamun ini bisa menghilang, meskipun ia dikepung tapi akhirnya tidak ditemukan, dan tidak ada tapak kakinya (menyeramkan bukan?).

Lalu hari itu pun tiba, hari dimana kami meninggalkan dusun tercinta. Satu harapanku, bisa kembali kesana lagi dan bertemu mereka dalam keadaan sehat dan lebih baik lagi. Tuhan, meskipun kami terpisah jangan biarkan kami melupakan kenangan ini, biarlah kami mengingat pengalaman ini selamanya.
Terima kasih ku ucapkan pada seluruh warga Dusun Punti Meraga & Punti Tapau, terima kasih atas bantuan, keikut-sertaan, pengajaran, buah2 unik yang diberi secara gratis (rambutan, tampoi, setu, belimbing air, jambu apa itu namanya) terima kasih atas semuanya. Aku akan ingat dan selalu menyayangi kalian. Sampai jumpa lagi di lain waktu, Tuhan memberkati.

Mahasiswa KKN Kebangsaan 2014 dari Palembang, Susianty Natalia Dewi (FISIP Sosiologi 2011 Universitas Sriwijaya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar